Siang yang mendung itu
aku dan sang keponakanku pergi menghadiri sebuah perhalatan akbar :D. Padahal
cuman menghadiri acara resepsi salah seorang saudaraku yang aduhai , terlalu
tidak kurus (gendut yang diperhalus). Setiba disana ada bapak2 yang kukenal
bilang “Pacarmu to ya ?” katanya tanpa dosa. “Opo pacarku?” pikirku dalam hati.
“Mboten” jawabku singkat sambil tertawa terpaksa. Ya lagian sudah tahu aku
siapa dia siapa namun masih bilang begitu. Beralih keangin lainnnya.
Sebenar-benarnya ni aku aku ikut resepsi ini selain pastinya mengucapkan
selamat, nyari makan dan minum itu ada satu lagi . Sebuah alasan yang ngumpet
dalam hati yang dangkal :D Alasan itu adalah bertemu dengan seseorang yang aku
lupa siapa namanya. Wah parah padahal itu masih saudara jauh aku. Namun yang
kutahu dia adalah anak dari seorang guru agama yang ramah. Tinggal didaerah
dekat pegunungan, dan mempunyai seorang kakak yang aku tahu namanya. Sebelum
hari resepsi itu, mbahku bilang bahwa Masnya dan dia akan datang keresepsian.
Ciyaaaa diam seribu satu rupa. Hehe karena saat itu juga ekspresi muka dan
hatiku tercengang. Wah, seru ni pikirku dalam hati. Aku bakal melihatnya, anak
laki2 yang sering tersenyum saat melihatku. Saat itu kami tak sengaja bertemu
dirumah almarhum mbah buyutku saat lebaran. Ini aku yang ke Gran atau memang
dia terlalu ramah. Haha itu kejadian masa silaaaaaam sekali. Kapan itu aku lupa
tepatnya kapan. Namanya saja aku tak ingat. Parah .
Tapi sayang seribu dua
sayang saat aku tiba disana mereka sudah pulang. Huaaaa gatot deh :D. Awalnya
kupikir aku akan begini “sekali kayuh 3 pulau terlampaui, namun fakta
mengatakan hanya 2 pulau yang kulampaui. Heheh memang kalau niatnya kurang baik
ya jadinya begini.
Tapi sebenernya tulisan
sepurku ini bukan tentang lelaki yang aku lupa siapa namanya. Tetapi tentang
titik-titik. Ya, cerita baru dimulai. Anggap saja yang diatas tadi prolog.
Hahaha
Suara alunan lagu islami yang indah saat resepsi itu membuka memoriku tentang
suara-suara yang masih tak terlupakan. Suara itu indah. Suara terindah yang
pernah kudengar sampai saat ini. Aku mendengarnya saat menghadiri resepsi
saudara laki-lakiku saat lebaran akhir. Suara pertama berasal dari alunan
lahu-lagu islam yang dibawakan oleh anggota hadroh. Rebana, suara piano dan
sang penyanyinya pun selaras , perfect sekali. Ini hadroh terindah yang pernah
kulihat.Saking indahnya aku dibuatnya melting tepatnya saat temu temanten
dimana lagu yang dibawakan pasti Shalawat Nabi. Tapi untung saja aku bisa
membendung air mata yang ingin tumpah ini. Terharu rasanya melihatnya. Dan
suara kedua yang terindah adalah suara seorang lelaki muda dari pondok Tebu
Ireng. Dia melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Dia membaca dari hati bukan emosi
untuk mendapat perhatian khalayak. Indah sekali. Siapapun yang mendengarnya
pasti adem. Sejuk sekali.
Dan ternyata lelaki kuliahan itu adalah adik ipar saudaraku itu. Berarti
seharusnya aku sudah melihatnya jauh-jauh hari. seharusnya aku sudah melihatnya
saat dia dan teman2nya khataman Qur’an dirumah saudaraku itu. Rumahnya tepat
disampingku. Tapi saking gak beraninya aku, tiap lewat didepannya aku tak
pernah menoleh. Aku selalu menunduk. Eh, tapi pernah aku nggak sengaja melihat
salah seorang dari mereka secara tak sengaja karena saat itu aku tengah
mencari-cari seseorang diruangan itu. Aku menoleh kearah jam 3 dan tanpa
sengaja lagi salah seorang dari mereka ada yang melihatku. Sudah kutebak dan
tak heran. Kepalaku dengan refleknya langsung menoleh kearah jam 12 dan seprti
biasanya dilanjut menunduk. Tak jelas siapa yang kulihat saat itu.
Mungkin orang yang sama ataupun orang yang berbeda. Padahal aku sering sekali
melewati kawasan itu tapi kenapa sih aku tak berani melihat orang2 alim itu.
Kenapa soal beginian aku selau penakut. Tapi Yasudahlah.
Ketika dia melantunkan ayat2 suci itu akhirnya aku bisa mampu melihatnya ,
melihat sosok laki2 muda teralim yang pernah kulihat walau belum kukenal.
Subhanallah ini ti[e tersempurnaku. Ini tipe yamg kutunggu-tunggu pekikku keras
dalam hati yang tak dangkal. Ya memang kalau dilihat dari luar tak setampan
mereka. Memang tak ganteng namun bagus. (laki2 ganteng sama bagus itu bagiku
berbeda). Bahkan ternyata ia jauh lebih tampan. Rona wajahnya memancarkan
sebuah sinar. Bukan sinar gama, alfa maupun beta. Namun sinar yang tak
terdefinisikan. Tak semua orang memiliki itu. Hari itu aku sungguh beruntung
dapat mendengar suara yang begitu indah. Dan sungguh beruntung wanita yang akan
dicintainya. Dan sungguh amat beruntung wanita yang akan dipilihnya menjadi
pendampingnya kelak. Andaikan ituuuu……. Haish pikiran macam apa ini. Tapi aku
berharap dan senantiasa berdoa aku akan mendapat lelaki yang baik seperti dia
kelak. Amin…
Dan percaya atau tidak
setelah itu semuanya berubah. Dan hari ini aku harap dan berusaha untuk selau
berubah. Perubahan itu adalah “SUARA”. (maknai)
Namun jangan diartikan aku mencintai lelaki itu. Mungkin belum, mungkin juga
tidak atau mungkin masih tanda tanya. Tanda tanya yang akan terjawab nantinya,
entah itu kapan. Karena kini aku harus benar2 menyampingkan ini jauh2 kali ini
aku harus benar-benar menerapkan ini “Jangan mengharapkan seseorang dan jangan
berharap menjadi harapan seseorang”. Walau jujur saja itu cukup sulit
untukku, maklum namanya juga remaja. Tapi apa boleh buat aku harus mengatakan
itu setiap hari pada diriku sendiri sebelum tidur :D